Cari Blog Ini

Kamis, 15 Februari 2018

pakaian adat nusa tengara barat



Pakaian Adat Suku Sasak, Nusa Tenggara Barat

Sebagian besar pakaian adat suku Sasak berasal dari kain tenun. Hal ini dikarenakan masyarakat Sasak sudah mengenal teknik menenun sejak abad ke-14 an.
Corak hias pada kain tenun bermacam-macam. Corak hiasnya pada umumnya merupakan eksplorasi dari kehidupan alam sekitar dan mitologi, seperti pohon mawar, burung, ular naga, dan tokoh pewayangan. Corak hias pada kain untuk perempuan berbeda dengan ragam hias pada kain untuk laki-laki.
Pakaian adat bagian atas untuk kaum perempuan berupa lamung (baju) berwarna hitam. Modelnya sederhana, yaitu selembar kain dilipat  sehingga berbentuk segi empat kemudian diberi "lubang leher" berbentuk segitiga. Pertemuan kedua sisinya dijahit sehingga hasil akhirnya menjadi semacam kebaya longgar berlengan pendek. Panjang kebaya sebatas pinggang. Untuk bagian bawah, perempuan Sasak memakai kemben (sarung) yang juga berwarna hitam dan pada bagian tertentu diberi hiasan motif tanaman. Untuk memperkuat kemben digunakan sabuk anteng (ikat pinggang). Kemudian dipakai aksesoris sebagai pelengkap penampilan berupa sengkong (anting-anting), teken ima (gelang tangan), dan teken nae (gelang kaki).

Pakaian adat laki-laki berupa klambi (baju) model kemeja berlengan pendek atau panjang yang dililitkan seputar pinggang, memanjang hingga sebatas betis. Pada bagian muka ujung kain dibuat berlipat-lipat menjuntai hingga hampir menyentuh tanah. Untuk penahan kereng (kain panjang) digunakan lilitan kain, yang berfungsi seperti ikat pinggang, yang disebut bebet. Dibagian kepala dikenakan ikat kepala, yang disebut sapu, yang biasanya berwarna hitam, dan kadang-kadang menggunakan kain batik.

gambar pakaian adat suku sasak, ntb
Sumber : Selayang Pandang Nusa Tenggara Barat : Erna Dwi P, S. Pd

Untuk pakaian pengantin, digunakan pakaian yang lebih banyak hiasannya. Pengantin wanita memakai tangkong (baju) semacam kebaya yang biasanya berwarna hitam polos, tetapi kadang diberi hiasan pinggiran bajunya. Untuk bagian bawah dikenakan kereng (kain panjang), yang umumnya dibuat dari kain songket. Sebagai pelengkap penampilan digunakan kancing baju (buak tongkong) emas, kalung emas, ikat pinggang (gendit/ pending) emas, gelang tangan (teken), cincin (ali-ali), dan gelang kaki (teken nae).

Pengantin pria mengenakan klambi yang bahannya sama dengan pengantin wanita. Bagian atas berupa jas tertutup dengan potongan agak meruncing pada bagian bawah belakangnya untuk mempermudah menyelipkan keris. Bagian bawah menggunakan kereng (kain panjang), yang terbuat dari kain songket yang bermotif khas lombok. Kemudian ditambah dodot (kampuh), kain yang biasanya bercorak sama dengan yang dipakai pengantin wanita. Bagian kepala memakai sapu (ikat kepala atau destar) yang juga terbuat dari kain songket dan sering diberi hiasan keemasan yang sering diselipkan pada ikat sapu bagian depan. Dibagian punggung diselipkan keris panjang.

Pakaian Adat Suku Sumawa (Sumbawa), Nusa Tenggara Barat

Masyarakat asli pulau Sumbawa terkenal dengan kain songketnya. Pada umumnya kain singket tersebut menggunakan benang emas, benang perak, juga benang katun. Kain selungka misalnya, merupakan songket yang menggunakan benang emas dan perak. Selain kain selungka, ada juga mbalipida, yaitu kain tenun yang bermotif kotak-kotak. Ciri khasnya bentuk stilasi motif fllora untuk kain perempuan dan motif fauna atau manusia untuk kain laki-laki.

Pakaian adat wanita Sumbawa berupa lamung pene untuk bagian atas dan tembe lompa untuk bagian bawah. Lamung pene merupakan baju sejenis kebaya berlengan pendek dari kain halus, sedangkan tembelompa merupakan kain sarung bermotif kotak-kotak yang biasanya berupa kain songket yang dipakai sebatas mata kaki, yang disebut krealang. Sebagai pelengkap pakaian digunakan ikat pinggang (pending) perak, sapu to'a (sejenis sapu tangan) yang disampirkan pada bahu kiri, kalung, bengkor troweh (hiasan telinga) dan gelang tangan. Para gadis yang belum menikah biasanya memakai kerudung.

Sementara itu, kaum laki-laki Sumbawa mengenakan lamung, semacam jas tutup berlengan panjang dan saluar belo (celana panjang) polos tanpa hiasan. Kemudian dihiasi dengan pabasa alang, semacam selendang songket, berukuran agak lebar dibanding selendang biasa yang berfungsi sebagai dodot. Di bagian kepala memakai ikat kepala (sapu) yang terbuat dari tenunan benang katun bermotif kotak-kotak. Bihul ikata sapu pada kening ada di bagian belakang kepala dan sudut sapu dipasang tegak di bagian depan kepala hingga depan kepala sehingga tampak tegak meruncing.
gambar pakaian adat suku sumbawa, ntb
Sumber : Mbojonet

Pakaian pengantin suku Sumbawa agak berbeda dengan pakaian adatnya. Untuk pakaian atas, pengantin wanita golongan bangsawan memakai lamung (naju) lengan pendek bermodel baju bodo Sulawesi. Baju tersebut terbuat dari kain halus dan berhias sulaman emas yang berbentuk cepa (bunga) hampir di seluruh bidang baju. Kemudian di bahu sebelah kiri disampirkan kida sanging, semacam sapu tangan yang dihiasi motif dedaunan dari benang perak atau emas. Untuk pakaian bawahnya, dikenakan tope belo (rok panjang) dan tope pene (rok pendek) yang juga dihiasi cepa yang dipakai secara bertumpu.

Sumber : Selayang Pandang Nusa Tenggara Barat : Erna Dwi P, S. Pd
Sumber : Mbojonet

Tidak ada komentar:

Posting Komentar